Saya tidak begitu tahu secara detail-nya siapa yang pertama kali merumuskan/mencetuskan gagasan atas teori astronot kuno (Ancient Astronauts Theory). Namun sejauh ini, setidaknya saya tahu siapa saja peneliti-peneliti terkenal yang temasuk kedalam jajaran orang yang turut untuk "mempopulerkannya". Adalah Zacharia Sitchin, Erich Von Daniken, Robert K.G Temple dan Burak Eldem yang saya maksudkan diatas sebagai "peneliti-peneliti" itu. Secara penjelasan umumnyanya, teori Astronot kuno mencoba untuk menerangkan kepada kita bahwa ribuan tahun yang lalu nenek moyang kita pernah dikunjungi oleh para wisatawan antar bintang dari peradaban yang jauh di Alam Raya ini. Wisatawan-wisatawan antar bintang inilah yang nantinya banyak memberikan andil besar bagi perubahan peradaban manusia di bumi yang saat itu masih biadab (biadab = belum mengerti tatanan sosial, nilai dan norma, ilmu pengetahuan yang masih dangkal, dsb). Sulit diterima dengan akal? memang saya akui juga demikian. Namun, apakah lantas teori ini harus dengan cepat kita tanggalkan, membuang jauh-jauh dalam pikiran kita, dan mencoba untuk tidak memikirkan kemungkinan terkecil sekalipun bahwa hal itu mungkin saja benar-benar terjadi?
Bagi saya pribadi, hal itu tidak akan saya lakukan karena ini adalah suatu bahasan yang tentu saja sangat menarik. Dari penjelasan singkatnya, saya sudah tahu bahwa teori ini akan menimbulkan perdebatan antar orang-orang yang pro dan kontra, inilah yang menarik. Berikut saya mencoba menguraikannya.
Para Wisatawan Purbakala Masa Silam
Sejarah masa silam masih terlalu kabur bagi kita. Sejarah hidup nenek moyang yang sebenarnya masih sulit untuk kita gambarkan, dan benda-benda yang mereka tinggalkan masih sangat sulit untuk kita tafsirkan maknanya. Apa maksud sebenarnya dari pembangunan situs-situs purbakala seperti Balbeck dan Tiahuanaco? Apa tujuan mereka membuat bentuk-bentuk rumit dari gambaran-gambaran luas yang luar biasa di tanah tandus Nazca? dan makhluk apakah yang mereka gambarkan sebagai sosok aneh berhelm di dalam gua-gua itu?
Ya, berbicara mengenai prasejarah memang akan lebih banyak menemukan pertanyaan daripada jawaban. Jika kita gemar mengamati dan melakukan studi terhadap peninggalan-peninggalan prasejarah di seluruh dunia, akan mudah bagi kita untuk menemukan bukti dari kehadiran angkasawan antar bintang masa silam. Para wisatawan antar bintang yang mendarat di bumi, melakukan serangkaian ekspresimen penelitian disini, dan bersikap ramah terhadap nenek moyang kita. Sebaliknya juga demikian dengan masyarakat di bumi yang masih biadab, mereka anggap makhluk-makhluk berjubah aneh dengan kendaraan yang "bersuarakan petir" dan "meludahkan api" itu sebagai makhluk -makhluk yang selama ini mereka sembah. Makhluk-makhluk dengan "kekuatan super" yang dianggap sebagai dewa. Walupun petualang antariksa kita menjelaskan dengan susah payah bahwa mereka bukan merupakan makhluk "super" yang selama ini mereka sembah, namun tidak akan ada gunanya. Toh nantinya masyarkat yang masih biadab itu tetap akan sulit menerima dengan akal mereka mengenai kendaraan terbang yang menyala-nyala, benda-benda aneh yang dapat mengeluarkan suara, dan berbagai macam beda-benda "sakti" milik "dewa" lainnya.
Para penggagas teori astronot kuno pada umumnya memang menganjurkan kita untuk meninjau kembali mitologi-mitologi kuno dari peradaban-peradaban masa silam diseluruh dunia. Namun, sebelum melakukan studi singkat mengenai itu semua, buanglah jauh-jauh anggapan bahwa tulisan-tulisan kuno dan bentuk-bentuk kesenian yang mereka gambarkan sebagai sesuatu yang fiktif/ karangan omong kosong belaka dan terlalu imajinatif. Mulailah meyakini bahwa apa yang diciptakan oleh nenek moyang kita dahulu, baik itu catatan, arca-arca, lukisan-lukisan merupakan sebuah gambaran dari apa yang benar-benar mereka alami/saksikan secara langsung. Mulailah melakukan penelitian terhadap kemungkinan adanya pengunjung purbakala dari berbagai peninggalan mereka tersebut. Jika kita jeli mengamati hal ini, benang merah dari sebagian misteri prasejarah perlahan-lahan akan muncul satu persatu kepermukaan.
Sumeria kuno dikatakan merupakan salah satu peradaban yang memiliki kekayaan besar dalam kultur kebudayaan mereka. Salah satu yang menarik dari peninggalan bangsa ini ialah epik kepahlawanan Gilgamesh. Di dalam epik tersebut, dikisahkan mengenai sesosok manusia luar biasa yang dianggap setengah dewa, ia memiliki berbagai macam "tongkrongan" super dan dapat terbang keruang angkasa. Terlalu umum? iya, ini cerita yang sudah terlalu umum pada mitologi bangsa di dunia. Namun, ada beberapa hal yang membuat predikatnya menjadi tidak umum apabila ini hanya sebatas merupakan imajinatif. Didalam epik Gilgamesh, keadaan ruang angkasa digambarkan dengan begitu detailnya, mengenai bagaimana keadaan di ruang hampa udara tersebut, gravitasi-nya dan bentuk-bentuk gambaran benda-benda diruang angkasa termasuk bumi. Semuanya bahkan digambarkan sangat tepat. Darimanakah si pengarang cerita dapat mengetahui gambaran sebegitu detail mengenai hal itu semua? Mungkinkah ada seseorang yang pernah terbang mengarungi ruang angkasa dimasa silam, kemudian ia mengisahkannya ke bangsa Sumeria? Menarik memang apabila penjelajah ruang angkasa ini adalah yang mereka sebut sebagai Gilgamesh, si manusia setengah dewa itu.
Kitab-kitab India kuno juga tidak mau kalah untuk memberikan informasi mengenai pengunjung-pengunjung antar bintang masa silam. Didalam kitab-kitab kuno india, digambarkan mengenai mesin-mesin terbang yang disebut sebagai Vimana. Vimana merupakan kendaraan terbang yang dikatakan merupakan tunggangan para dewa. Mengeluarkan suara petir dan meludahkan api. Bahkan gambaran mengenai bentuk spesifik dan cara membuat mesin-mesin ini juga diterangkan di salah satu kitab. Di legenda Atlantis juga terdapat benda serupa yang sering disebut sebagai Vailixi. Teori tentang Atlantis memang sering sekali dihubungkan dengan peninjauan terhadap para petualang antar bintang masa silam. Di peradaban ini dikenal juga Zep Tepi, Dewa yang datang dari jauh dan mengajarkan mereka banyak ilmu. Di China, kita temukan mengenai artifak suku Dropa kuno yang menceritakan mengenai kedatangan para dewa mereka dengan kendaraan-kendaraan terbang, kemudian menggambarkannya di dalam piringan-piringan batu dan logam yang kini kita sebut sebagai Dropa Stone. Kemudian Popol Vuh, kitab yang disucikan oleh Bangsa Maya dimana didalamnya juga menceritakan sosok laki-laki yang datang dari suatu konstelasi bintang dengan kendaraan terbangnya, kemudian mengajarkan ilmu falak (astronomi) kepada mereka.
Lalu jangan lupakan mengenai suku Dogon. Suku primitif yang mendiami suatu wilayah di Mali ini sangat tahu segalanya mengenai suatu gugus bintang redup Sirius B. Robert K.G Temple didalam bukunya "The Sirius Mystery" mengisahkan tentang adanya pemujaan yang dilakukan oleh Suku Dogon terhadap makhluk-makhluk yang mereka hubungkan dengan sistem bintang Sirius. Anehnya , tanpa peralatan-peralatan ilmiah yang canggih, Suku Dogon mengetahui secara teliti gerakan maupun karakteristik "pengiring" bintang Sirius yang sangat-sangat sulit untuk diamati oleh mata telanjang. Sirius merupakan bintang kembar yg jauhnya 8,7 tahun cahaya dari bumi. Hipotesis Temple yang cukup berani lagi menyatakan bahwa 3000 tahun Sebelum Masehi, bumi purba pernah dikunjungi oleh makhluk dari kawasan Sirius. Hipotesis Temple ini bukanlah suatu hal yang mengada-ada, sebab ia secara langsung membaur dengan masyarakat Dogon di Mali dalam penelitian panjangnya. Memang benar adanya bahwa Suku Dogon juga memiliki legenda terhadap wisatawan antar bintang masa silam, bahkan sosok "tamu" yang jauh itu mereka abadikan dalam bentuk arca kuno yang kini telah berusia ribuan tahun. Kita tidak dapat memungkiri bahwa terlalu banyak legenda mengenai para wisatawan antar bintang yang dapat kita temui disetiap kebudayaan-kebudayaan kuno di seluruh dunia.
Alencar Jean, seorang peneliti astronot kuno mencatat mengenai peninggalan-peninggalan dari peradaban kuno di amerika latin yang memiliki berbagai macam artifak berbentuk kendaraan terbang. Salah satu artifak yang ia temukan dan memiliki daya tarik tersendiri ialah apa yang disebut sebagai Bap-kororoti. Bap-Kororti merupakan sosok yang dipuja oleh suku bangsa kuno di Amerika Latin itu. Dikatakan, ia merupakan seorang prajurit yang berasal dari ruang angkasa yang memiliki kendaraan perang yang menyala-nyala. Kendaraan inilah yang kemudian mengilhami bentuk-bentuk artifak yang sering mereka ciptakan.
Di tahun 1962, dilangsungkan suatu konferensi prasejarah di Roma, Italia. Arkeolog, Dr. W. Matthes memperkenalkan salah satu artifak berbentuk ukiran/pahatan kuno diatas batu yang diciptakan oleh seniman prasejarah enam ribu tahun yang lalu. Artifak ini ditemukan oleh Henry Lothe, seorang penjelajah Prancis di abad ke-19. Artifak yang kemudian diberi nama Great Martian Gods ini memiliki gambaran yang sangat detil mengenai sosok tubuh manusia berhelm yang sangat mirip dengan gambaran astronot masa kini. Gambaran sejenis juga dapat kita temukan di beberapa gua-gua kuno di seluruh dunia, mulai dari Luscaux, Prancis, Ojo Guaera, Spanyol hingga di China. Temuan citra-citra seperti ini juga teradapat di sekitar Gurun Sahara. Dimana disana juga tersebar lukisan-lukisan makhluk aneh menggunakan helm dan berjubah yang digambarkan oleh para seniman prasejarah bagaikan melayang-layang dalam keadaan tak berbobot di ruang angkasa yang hampa udara. Gambaran-gambaran ini membuktikan bahwa leluhur kita dengan kesederhanaan, kejujuran serta kepolosan mencoba untuk menuangkan apa yang mereka saksikan itu kedalam berbagai media. Siapakah sebenarnya model-model berjubah dan berhelm yang digambarkan dengan susah payah oleh para seniman prasejarah ini?
Bersambung...........
-Dipta-
Referensi:
*Allan Lansbrug, In Search of Extraterrestrials, 1977
*Erich Von Daniken, Chariots of The Gods, 1977
*Collin Muligan, Ancient Visitors
Posting Komentar