Tentu saja, keahlian menguji cita rasa kopi ini tak didapat dengan sekejap. Biasanya, para tester kopi ini sudah lebih dulu akrab dengan beraneka macam rasa kopi. Atau, minimal mereka gemar menyeruput kopi.
Ambil contoh, Setyo Wuryanto. Pria yang lebih dari delapan tahun menjadi pengetes kopi ini semula bekerja di perkebunan kopi di Jember. Sedangkan Syarifudin sebelum menjadi tester kopi merupakan penggemar berat kopi.
Setyo mengisahkan, ahli pencicip kopi harus berlatih membedakan kopi setiap hari minimal selama enam bulan. Selain berlatih, pencicip kopi juga harus mengantongi sertifikat sebagai penguji cita rasa kopi.
Maklumlah, beberapa negara tujuan ekspor kopi mewajibkan adanya sertifikat cita rasa dari para ahli pencicip kopi. Di Indonesia, sertifikat ini bisa diperoleh dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember.
Untuk memperoleh sertifikat itu, para pencicip kopi harus bisa membedakan beragam jenis kopi di dunia. “Supaya lidah makin tajam untuk membedakan kualitas kopi,” ungkap Setyo.
Rela berpantang
Para tester kopi ini biasanya hanya menguji kualitas kopi yang akan masuk ke pasar ekspor. Negara-negara tujuan ekspor seperti Italia, Belanda, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat mempunyai standar aroma dan cita rasa kopi yang konsisten.
Bukan hanya mengenal kualitas satu jenis kopi saja, Q-cupper juga harus bisa membedakan kualitas bermacam-macam kopi. Sebut saja, kopi luwak atau kopi arabika yang berasal dari Indonesia.
Untuk mempertahankan kepekaan lidah dalam merasakan kopi, ada beberapa pantangan bagi para tester kopi. Salah satunya adalah mereka tak boleh merokok minimal satu jam sebelum menyeruput kopi.
Sebab, “Rokok membuat mulut menjadi asam, sehingga lidah tak berfungsi dengan baik,” ujar Syarifudin. Mulut pun harus dalam keadaan bersih. Artinya, mulut steril dari aroma permen atau rasa mentol.
Saat menguji kopi, para tester juga tak boleh menggunakan segala jenis wewangian tubuh. “Parfum dan deodoran bisa mengaburkan aroma kopi yang dihirup,” tutur Syarifudin.
Seiring dengan merebaknya kedai-kedai kopi di dalam negeri, serta makin larisnya permintaan kopi dari luar negeri, Syarifudin bilang profesi pencicip kopi punya prospek yang cerah. Apalagi, sampai saat ini belum banyak orang yang menggeluti profesi pencicip kopi.
“Setahu saya, sampai saat ini baru sekitar 24 orang yang disebut Q-grader,” kata Syarifudin. Sebagai informasi, ada tiga tingkatan bagi tester kopi, yakni basic, star cupper (Q-cupper) dan Q-grader.
Adalah pencicip tingkat terakhir, Q-grader, yang dipercaya pembeli dari luar negeri untuk menguji kualitas kopi pesanannya. Untuk naik ke jenjang Q-grader, pencicip kopi harus mengikuti kursus aroma kopi dari Coffee Quality Institute. Dengan menjadi Q-grader, para pencicip bisa menguji kualitas kopi berdasarkan standar citarasa dari Q-system yang berlaku di dunia internasional.
Tentu saja, kesulitan pekerjaan mencicip kopi ini berbanding lurus dengan penghasilan mereka. Syarifudin bilang, seorang Q-grader dengan sertifikat internasional bisa mendapatkan duit hingga US$ 150 sekali mencecap kopi.