GEMPA MENTAWAI YANG DIKHAWATIRKAN BAKAL TERJADI AKHIRNYA MUNCUL JUGA !

-

-

-

Gempa berkekuatan 7,2 pada skala Richter mengguncang Pulau Pagai, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pada hariSenin 25 Oktober 2010 pukul 21:42:25 WIB.

-

Gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) tersebut berada pada 3.61 Lintang Selatan (SL) dan 99.93 Bujur Timur (BT) pada pusat 78 km barat daya Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumbar, dengan kedalaman 10 kilometer, telah menimbulkan tsunami dengan ketinggian 1 sampai 3 meter. Gempa di segmen Mentawai itu juga dirasakan di Kota Padang, Kabupaten Solok, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Bahkan gempa dirasakan sampai ke Bengkulu meski skala getarannya lemah.

-

Data Pusat Pengendali Operasi (Pusdalop) Penanggulangan Bencana Sumatera Barat (Sumbar), telah menerima laporan korban tewas sebanyak 80 orang yang sudah ditemukan hingga Selasa malam sekitar pukul 20.00 WIB. Data dihimpun pada Pusdalop PB Subar, Selasa (26/10/2010) malam masih tercatat 107 warga yang diduga hilang dan sekitar 645 masih berada di pengungsian.
-

Perkembangan data korban tewas yang ditemukan masih simpang siur, karena menurut Ketua DPRD Mentawai, Hendri Dori, menginformasikan korban tewas sudah sebanyak 108 dan diduga hilang sebanyak 502 orang. Sedangkan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan jumlah korban tewas mencapai 113 orang.

-

Sebelumnya, para pakar geologi telah mengingatkan akan bahaya megathrust hingga sekuat 8,9 pada skala Richter dari segmen gempa yang sama. Bila energi itu dilepaskan sekaligus, tsunami bakal mengancam Padang dan sekitarnya. Para pakar geologi tersebut justru lega atas gempa sekuat 7,2 yang terjadi “Ini yang kami harapkan, energi dilepas sedikit-sedikit,” kata mereka.

-

Pelepasan energi sedikit demi sedikit itu juga telah terjadi pada Agustus tahun 2009 lalu, dengan kekuatan 6,9 pada skala Richter di segmen tersebut. Saat itu peneliti gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Danny Hilman Natawidjaja, mengatakan besaran itu hanya seperseribu energi yang dikhawatirkan selama ini.

-

Kalau energi yang di bawah Siberut terlepas sekaligus–yang bisa terjadi kapan sajadaratan pesisir barat Sumatera, terutama Padang dan Bengkulu, bisa ambles hingga 1,5 meter. Ini sebagai konsekuensi dari naiknya pulau-pulau di Mentawai, yang bisa mencapai 3 meter, dan sangat berbahaya apabila terjadi tsunami. (Sumber: Koran Tempo).

-

Kekhawatiran bakal terjadinya gempa Mentawai yang dashyat telah dimuat oleh situs Kompas.com pada 1 Oktober tahun 2009 seperti yang termuat dalam cuplikan artikelnya di bawah ini :

-

“Dari pengamatan sejak tahun 2004, berturut-turut terjadi gempa kuat berskala di atas 7,0 SR, mulai dari Nias hingga Bengkulu (tahun 2007), terus berlanjut sampai ke gempa Tasikmalaya (2 September 2009). Ketika itu, saat tahun 2007 terjadi gempa Bengkulu, kami melihat ada yang aneh, mengapa kok meloncat? Mengapa Padang dilewati?’” Fenomena itu memiliki arti bahwa segmen di daerah Padang belumpecah”, melepaskan energi. Setelah gempa Padang pada tanggal 30 September 2009, yang berkekuatan 7,6 SR, panjang zona yang pecah baru sekitar 100 kilometer., pertanyaan yang masih mengganjal benak kalangan ahli gempa adalah bagaimana dengan zona subduksi di kawasan Mentawai yang sampai sekarang belum juga pecah ?” tutur guru besar dan ahli gempa dari ITB, Sri Widiyantoro.

-

Menurut Yusuf Surachman Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Mineral Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menyebut, energi di Padang memang sudah matang. Jalur zona subduksi di sebelah barat Sumatera yang merupakan daerah pusat gempa menurut Yusuf Surachman panjangnya sekitar 1.200 kilometer membentang dari Andaman, Aceh, Sumatera Utara, Padang, terus ke selatan, Bengkulu, Lampung, sampai ke Selat Sunda dan selatan Jawa Barat.
-

Menurut Dr Danny Hilman Natawidjaja dari LIPI, kawasan Mentawai yang belum juga melepaskan energi, panjang jalurnya 300-400 kilometer, mulai dari Pulau Siberut, Pulau Sipora, sampai ke Pulau Bagai Utara dan Bagai Selatan. ”Pusatnya terutama di bawah wilayah Siberut,” kata Danny.

-

Dia mengakui, gempa Padang berpotensi memicu potensi gempa besar yang ada di jalur tersebut, tetapi, ”Yang kami tak tahu ialah apakah itu sudah cukup besar untuk membuat zona di Mentawai bergerak. Jangka waktunya kita pun tak tahu. Bisa beberapa bulan atau beberapa tahun. Kami tak bisa memastikan kapan dan berapa besar energi yang terpicu,” katanya.
-

Yang dapat dilakukan dan harus terus dilakukan, menurut mereka, adalah mempersiapkan masyarakat agar ketika bencana terjadi mereka siap. Masyarakat harus diajari agar mereka tahu ke mana jalur untuk menyelamatkan diri, misalnya terjadi tsunami !

-

-

RAMALAN ILMIAH TAHUN 2007

-

GEMPA BESAR ANCAM PADANG – SUMATERA BARAT !! WASPADALAH !!

-

-

Ramalan demi ramalan yang berbau isu seputar bencana yang muncul di bulan Desember 2007 ini kian santer saja. Beberapa waktu lalu yang berbicara tentang isu ini merupakan kelompok paranormal saja, atau juga para awam. Namun kali ini yang mengemukakan prediksi adalah: PENELITI LIPI !! Walaupun tidak bisa memprediksi kapan peristiwa ini bisa terjadi, tetapi “ramalannya” adalah: “GEMPA BESAR ANCAM PADANG dan SUMATERA”!!

-

Gempa dahsyat ini berpotensi terjadi di Mentawai Sumatera Barat. Gempa yang diperkirakan berkekuatan 9 SR ini diperkirakan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 4 sampai 7 meter. Guncangan gempa akan menggetarkan Bengkulu dan provinsi lainnya. Prediksi gempa 9 SR itu disampaikan ahli dari Pusat Penelitian LIPI, Danny Hilman Natawijaya, Senin (3/12/2007). Ia menyampaikan prediksi itu setelah mempelajari siklus gempa selama ini yang mengguncang Mentawai Sumbar.

-

“Gempa kekuatan itu bisa dirasakan di Bengkulu dan Padang dengan kekuatan setara VIII MMI (Modified Mercalli Intensity) yang disusul dengan gelombang tsunami,” ucap Danny pada Seminar Geoteknologi “Kontribusi Ilmu Kebumian dalam Pembangunan Berkelanjutan” di Bandung.

-

Gelombang tsunami di Padang akan mencapai ketinggian 4 meter dan pergerakannya sekitar 1,5 kilometer dari pantai. Sedangkan untuk Bengkulu bisa lebih tinggi yang mencapai 7 meter. Sejumlah pulau yang berada di seputar kawasan gempa akan tersapu gelombang tsunami, seperti Kepulauan Mentawai. Hal ini karena pulau itu lebih dekat pergerakannya dengan pusat gempa.

-

Sumber gempa itu sendiri diduga di bawah Pulau Mentawai dengan kedalaman antara 20-30 kilometer. Perkiraan itu, kata Danny, terbukti dari saat gempa besar di kawasan Kepulauan Mentawai pada 12 September 2007 dengan kekuatan 8,4 SR. Gempa itu terjadi setelah rentetan gempa besar di Aceh dan Nias pada tahun 2004 dan 2005.

-

“Gempa berskala 8,4 SR itu kemudian diikuti oleh banyak gempa susulan yang muncul sambung-menyambung di wilayah sekitar lempeng yang pecah. Yang mengagetkan, sekitar 12 jam kemudian, sebuah gempa besar lagi dengan skala magnitudo 7,8 SR kembali,” katanya.

-

Gempa inilah yang banyak menimbulkan kerusakan bangunan di Kota Padang. Meskipun kekuatannya lebih kecil, tapi letak episentrumnya di sekitar Pulau Pagai Selatan yang lebih dekat dengan Padang. “Gempa ini sukar untuk diklasifikasikan sebagai gempa susulan, karena skalanya terlalu besar. Pada umumnya gempa susulan paling besar adalah 1 skala di bawah gempa utamanya yakni 7,4 SR, bahkan lebih umum cenderung 2 skala atau lebih di bawah skala gempa utama,” sebutnya.

-

“Yang menjadi pertanyaan apakah ancaman dari rentetan gempa-gempa ini sudah berakhir? Kita semua berharap demikian, tapi data dan praduga ilmiah menunjukkan sebaliknya. Gempa raksasa yang “bertapa” sejak terakhir bangun di tahun 1797 dan 1833 ternyata belum sepenuhnya terusik,” jelasnya.

-

Hal ini terlihat dari hasil “plotting” dari gempa-gempa yang sudah terjadi dan tampaknya baru melepaskan akumulasi energi yang terkumpul di bagian pinggirannya saja. Gempa yang bermula dari kakinya di ujung selatan, sekarang ini terlihat menyebar dan mengepung bagian badan dan kepala “sang raksasa”, yakni di bawah Pulau Siberut, Sipora dan Pagai. “Bidang sumber gempa di Mentawai itu 12-15 derajat yang setiap tahunnya terjadi pergeseran 5 centimeter. Untuk gempa antara tahun 1797-1833 telah terjadi pergeseran 10 meter. Setiap dihajar gempa, maka pergeseran itu akan turun,” jelasnya. (Sumber: Koran Nias).