Jari manis panjang dan halus, jari kelingking pendek dan kecil, dari ciri-ciri tersebut, para arkeolog menduga cap tangan pada lukisan dinding prasejarah ini milik seorang seniman perempuan. (DAILYMAIL.UK)
Arkeolog dunia yang meneliti lukisan dinding dalam gua selama ini selalu berpendapat, sebagian besar lukisan dinding tersebut lahir dari tangan seniman pria. Akan tetapi, baru-baru ini para arkeolog dari Universitas Pennsylvania AS dalam artikelnya di majalah National Geographic menyatakan, sesungguhnya banyak dari karya-karya tersebut ternyata hasil karya seniman perempuan.
Menurut pemberitaan “Daily News” Inggris, Profesor Dean R. Snow dari Universitas Pennsylvania setelah meneliti banyak lukisan dinding prasejarah yang ditemukan di Prancis dan Spanyol, mendapati bahwa di samping lukisan-lukisan tersebut ditinggalkan cap telapak tangan yang seharusnya merupakan cap tangan seorang perempuan, dan bukan cap tangan pria seperti yang selama ini diketahui oleh para arkeolog.
Pada 1922, beberapa pemuda berhasil menemukan sebuah lukisan dinding yang indah dan sangat unik di dalam sebuah gua yang disebut Gua Perche Mel di selatan Prancis, yang sempat menggemparkan segenap dunia arkeologi. Di antaranya terdapat lukisan yang bertema kuda “bertutul” merupakan lukisan yang paling menonjol, lukisan tersebut diperkirakan rampung dilukis di dinding itu sekitar 25.000 tahun yang lalu.
Selain didapati mural/lukisan dinding dalam jumlah banyak, para arkeolog juga menemukan banyak cap telapak tangan di dalam dinding gua tersebut, yang pada saat itu diperkirakan sebagai cap telapak tangan pria, dan anggapan tersebut masih dapat diterima hingga saat ini.
Untuk meneliti siapa sebenarnya yang meninggalkan cap telapak tangan tersebut, Profesor Snow memasukkan profil cap telapak tangan di dinding gua tersebut ke dalam komputer, dan setelah membandingkan dengan bentuk tangan orang Eropa masa kini, ternyata perempuan prasejarah memang juga terlibat dalam proses pembuatan lukisan dinding raksasa tersebut.
Tidak hanya itu, Profesor Snow juga meneliti kembali lukisan diding di Gua Kargath, Prancis, dan juga lukisan dinding di Gua El Castillo, Spanyol, yang telah berusia 28.000 tahun, dan hasil yang diperoleh adalah sama.
Profesor Snow mengatakan kepada wartawan, “Kami mendapati pada sebuah cap telapak tangan memiliki jari manis yang panjang dan halus, ini mutlak bukan milik seorang pria. Satunya lagi jari telunjuknya sangat panjang, dengan jari kelingking sangat pendek, ini juga sangat sesuai dengan struktur jari tangan seorang perempuan… Kami memiliki data-data mengenai bagian tangan perempuan Eropa moderen, setelah kami bandingkan dengan seksama, kami meyakini bahwa perempuan prasejarah juga telah membuat lukisan dinding seperti ini dalam jumlah banyak.”
Hasil riset Snow membuktikan peran serta seorang perempuan dalam kebudayaan prasejarah mungkin jauh melampaui yang diperkirakan sebelumnya. Snow berkata, “Meski kami tidak mengetahui bagaimana sebenarnya status seorang seniman perempuan di zaman batu sekitar 40.000 sampai 20.000 tahun silam, namun penemuan kita ini cukup untuk menjelaskan peranan perempuan di bidang seni dan budaya pada zaman itu memiliki posisi atau kedudukan yang tidak bisa dipandang enteng.”
Saat ini penelitian Profesor Snow ini hanya terbatas untuk wilayah Eropa saja, namun ia menyatakan dirinya masih akan meneruskan penelitian lukisan dinding ini di berbagai tempat di seluruh dunia, untuk pada akhir-nya membuktikan kedudukan-seniman perempuan di bidang ini di zaman prasejarah. (Dajiyuan/lie)Arkeolog dunia yang meneliti lukisan dinding dalam gua selama ini selalu berpendapat, sebagian besar lukisan dinding tersebut lahir dari tangan seniman pria. Akan tetapi, baru-baru ini para arkeolog dari Universitas Pennsylvania AS dalam artikelnya di majalah National Geographic menyatakan, sesungguhnya banyak dari karya-karya tersebut ternyata hasil karya seniman perempuan.
Menurut pemberitaan “Daily News” Inggris, Profesor Dean R. Snow dari Universitas Pennsylvania setelah meneliti banyak lukisan dinding prasejarah yang ditemukan di Prancis dan Spanyol, mendapati bahwa di samping lukisan-lukisan tersebut ditinggalkan cap telapak tangan yang seharusnya merupakan cap tangan seorang perempuan, dan bukan cap tangan pria seperti yang selama ini diketahui oleh para arkeolog.
Pada 1922, beberapa pemuda berhasil menemukan sebuah lukisan dinding yang indah dan sangat unik di dalam sebuah gua yang disebut Gua Perche Mel di selatan Prancis, yang sempat menggemparkan segenap dunia arkeologi. Di antaranya terdapat lukisan yang bertema kuda “bertutul” merupakan lukisan yang paling menonjol, lukisan tersebut diperkirakan rampung dilukis di dinding itu sekitar 25.000 tahun yang lalu.
Selain didapati mural/lukisan dinding dalam jumlah banyak, para arkeolog juga menemukan banyak cap telapak tangan di dalam dinding gua tersebut, yang pada saat itu diperkirakan sebagai cap telapak tangan pria, dan anggapan tersebut masih dapat diterima hingga saat ini.
Untuk meneliti siapa sebenarnya yang meninggalkan cap telapak tangan tersebut, Profesor Snow memasukkan profil cap telapak tangan di dinding gua tersebut ke dalam komputer, dan setelah membandingkan dengan bentuk tangan orang Eropa masa kini, ternyata perempuan prasejarah memang juga terlibat dalam proses pembuatan lukisan dinding raksasa tersebut.
Tidak hanya itu, Profesor Snow juga meneliti kembali lukisan diding di Gua Kargath, Prancis, dan juga lukisan dinding di Gua El Castillo, Spanyol, yang telah berusia 28.000 tahun, dan hasil yang diperoleh adalah sama.
Profesor Snow mengatakan kepada wartawan, “Kami mendapati pada sebuah cap telapak tangan memiliki jari manis yang panjang dan halus, ini mutlak bukan milik seorang pria. Satunya lagi jari telunjuknya sangat panjang, dengan jari kelingking sangat pendek, ini juga sangat sesuai dengan struktur jari tangan seorang perempuan… Kami memiliki data-data mengenai bagian tangan perempuan Eropa moderen, setelah kami bandingkan dengan seksama, kami meyakini bahwa perempuan prasejarah juga telah membuat lukisan dinding seperti ini dalam jumlah banyak.”
Hasil riset Snow membuktikan peran serta seorang perempuan dalam kebudayaan prasejarah mungkin jauh melampaui yang diperkirakan sebelumnya. Snow berkata, “Meski kami tidak mengetahui bagaimana sebenarnya status seorang seniman perempuan di zaman batu sekitar 40.000 sampai 20.000 tahun silam, namun penemuan kita ini cukup untuk menjelaskan peranan perempuan di bidang seni dan budaya pada zaman itu memiliki posisi atau kedudukan yang tidak bisa dipandang enteng.”
Saat ini penelitian Profesor Snow ini hanya terbatas untuk wilayah Eropa saja, namun ia menyatakan dirinya masih akan meneruskan penelitian lukisan dinding ini di berbagai tempat di seluruh dunia, untuk pada akhir-nya membuktikan kedudukan-seniman perempuan di bidang ini di zaman prasejarah. (Dajiyuan/lie)erabaru.or.id
Posting Komentar